Thesis submission |
Ditulis di Kompasiana, 10 Februari 2010
Setelah melewati tahapan-tahapan dari proposal, data analisis dan writing,…akhirnya seorang PhD student sampai juga ke tahap akhir, yaitu thesis submission. Nah, berbeda dengan stage-stage sebelumnya, kali ini ada beberapa symptom yang muncul menjelang ‘ketok palu’ untuk submission.
Pssstt…ini berdasarkan observasi dan wawancara, yang kemudian di
interpretasikan berdasarkan pengalaman pribadi. Walaupun memakai metode
yang tidak jelas dan tidak bisa dijadikan acuan secara akademik, tapi
setidaknya bisa mewakili kondisi (ngawur) yang dialami seorang PhD student disaat-saat menjelang submission.
1. Diare alias Diarrhea
Ini
diakibatkan mengkonsumsi kopi secara berlebihan dan menganjal perut
hanya dengan mi atau apa saja yang bisa dimakan. Biasanya gejala ini
juga dibarengi dengan mood yang berubah-rubah layaknya cuaca.
Kadang cerah ceria, namun bisa saja secara tiba-tiba mendung dengan awan
gelap dibarengi petir. Yang parahnya jika dibarengi dengan hujan (air
mata) yang bisa mengakibatkan banjir diatas kertas-kertas kerjaan. Dalam
situasi seperti ini, sangat disarankan bagi orang-orang yang berada
disekitar untuk tidak menanyakan segala sesuatu yang berkaitan dengan
submission, seperti ,”Kapan jadinya submit?” atau “udah submit ya?”.
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini bisa berdampak langsung pada perut.
Biasanya akan terasa mules-mules dan pengen ke toilet.
2. Dehidrasi
Nah, yang satu ini lain lagi. Dehidrasi disebabkan karena terlalu banyak menguras air mata. Perasaan mellow dan super duper
sensitif biasanya lebih banyak hadir. Apalagi kalo semua pada nanyain
kapan mau submit, aduh, mata langsung berkaca-kaca deh. Bukannya
kenapa-kenapa, tapi itu adalah pertanyaan yang sangat sensitif karena
tidak tahu kapan tepatnya tanggal submission. Apalagi kalo dibarengi
dengan beasiswa sudah mau habis, visa tinggal 1 bulan dan tabungan sudah
menipis, wah dijamin deh pertanyaan ini bakal menguras air mata.
It's time to submit |
3. Insomnia
Insomnia
terjadi akibat mantengin computer menunggu-nunggu email dari
pembimbing, tentang approval kapan bisa submission. Tak jarang volume
laptop atau PC diputer sampe maksimal agar email yang masuk saat ‘pop-up’
terdengar. Insomnia ini juga dikarenakan disorientasi waktu. Biasanya
perbedaan waktu dengan pembimbing yang entah berada dibelahan dunia mana
menjaga mata tetap melek karena takut ketiduran saat email masuk. Belum
lagi, kalo sipembimbing membalas email dengan tanda seru berwarna merah
yang artinya highly important alias harus dibales secepatnya. Nah, insomnia ini juga berakibat konsumsi kopi bertambah untuk menjaga mata tetap terbuka.
4. Parno alias Paranoia
Gejala
yang satu ini biasanya dilatarbelakangi oleh beberapa hal. Yang pertama
adalah parno akibat takut ketemu orang-orang, karena takut ditanyain
kapan submit dan juga takut dimintai traktiran. Maklum, wajah-wajah PhD
student dengan mata merah, rambut acak-acakan dan lupa kapan mandi
terakhir ini, layaknya zombie, sangat menunggu-nunggu acara traktiran,
sehingga bisa mendapatkan makanan yang layak. Yang kedua adalah parno
akibat takut jangan-jangan ada yang melakukan penelitian yang sama
dibelahan dunia sana, atau teori yang digunakan tahunya sudah
diperbarui, sehingga otomatis pekerjaan yang ada harus direvisi lagi.
Revisi berarti, berkubang kembali dengan literature dan data, bertambah
lagi malam-malam tanpa tidur, mengkonsumsi hanya kopi, mi dan biskuit,
serta situasi yang lebih parah adalah kembali bayar uang kuliah dan
memperpanjang visa, sementara kondisi financial sudah empot-empotan.
5. Histeria alias hysteria
Jika
sudah mencapai titik histeria, berarti ada dua hal. Pertama histeria
karena akhirnya di setujui untuk submit dan yang kedua hysteria karena
harus kembali ke realita. Nah histeria yang kedua ini yang biasanya akan
berkepanjangan akibat memikirkan kembali ke dunia nyata berarti harus
mencari kerja. Nah, biasanya sebagian melanjutkan riset akan berjuang
mencari post-doctoral atau posisi sebagai researcher.
Sementara yang lainnya akan mencari posisi di industri. Histeria akan
semakin menggila kalau lamaran yang berpuluh-puluh banyaknya itu belum
nyantol juga.
After submission |
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada tahapan untuk submission
pun banyak hal yang patut diwaspadai. Jadi wajar sekali, pada saat
seorang PhD student selesai submit dan sidang, serta berhak menyandang
gelar PhD, terjadi beberapa ‘kerusakan’, baik itu secara fisik atau
mental. Ini bisa dilihat pada kondisi tubuh yang kurus, rambut yang
semakin menipis, kacamata bertambah tebal, suka lupa banyak hal, sakit
maag dan migren, dan sebagainya. Jadi harap dimaklumi jika berkesempatan
berdiskusi dengan mereka, beberapa waktu setelah submission,
anda akan menemukan orang-orang yang suka telmi, maklum masih dalam
kondisi rehabilitasi. Jadi harap bersabar menunggu proses kembali
menjadi ‘manusia normal’.
Catt: note ini jangan dijadikan referensi ya, maklum yang nulis juga sedang berusaha kembali ke kehidupan normal,…:-D
No comments:
Post a Comment