Kelas Inspirasi: Briefing

Udara terasa cukup panas, namun hembusan angin karena kecepatan motor ojek berhasil memberikan sedikit rasa sejuk. Tak sampai sepuluh menit dari Kebun Kacang IX, gedung Indosat terlihat menjulang. Si abang ojekpun menghentikan motornya di depan gerbang Indosat tempat mangkal ojek lainnya. Setelah membayar ongkos, sayapun melangkahkan kaki memasuki gedung yang menjadi tempat berkumpulnya para relawan Kelasi Inspirasi 2.

Saya bertanya pada satpam di lobby gedung dan akhirnya sampailah saya ke lantai 4 Auditorium Gedung Indosat yang ternyata sudah dipenuhi dengan lautan manusia. Wow! Antusiasme yang luar biasa dan segera sayapun larut dengan suasana yang tercipta dari teman-teman sesama relawan ini. Antusiasme ini mampu menepis kepenatan semalam karena harus begadang untuk menyelesaikan setumpuk paper works. Ya! Hari ini adalah hari dilaksanakannya briefing sebagai relawan di Kelas Inspirasi angkatan ke-2. YAIY..!!!

Segera saya bergabung dengan teman-teman disana dan seorang relawan menginformasikan agar  melihat daftar kelompok dimana saya akan tergabung. Didinding sebelah kiri saat keluar lift, terlihat jejeran kertas yang memberikan informasi kelompok para relawan. Jaripun menyusuri kertas berkode D, yang artinya nama saya berada disalah satu daftar itu. Finally, I've found it, ternyata di kelompok 38.

Para fasilitator yang berseragam oranye berdiri bersama didepan pintu masuk auditorium. Mereka menyapa, memperkenalkan diri dan mengumumkan agar mencari kelompok masing-masing didalam auditorium. Dan tentu saja, mereka menularkan semangat dengan meneriakkan yel-yel sebelum mengajak para peserta masuk kedalam auditorium.

Memasuki auditorium, terlihat tumpah ruahnya manusia. Saya mengedarkan pandangan mata berkeliling mencari nomor 38. Terlihat beberapa wajah yang akrab terlihat di televisi. Wah! Semakin menarik, pikir saya. Tak jauh dari tempat saya berdiri, tepatnya disebelah kanan terlihat seorang fasilitator mengangkat tinggi angka 38-41. Sayapun menuju kekelompok kecil itu. Terlihat beberapa orang sudah duduk disana. Segera saja acara perkenalan singkat terjadi sambil bersalaman. Fasilitator kelompokpun kemudian membagikan kokarde dan pin Kelas Inspirasi sambil menunggu kedatangan teman-teman lainnya.

Tak berapa lama, acara perkenalan diripun dimulai. Fasilitator kelompok kami memperkenalkan diri. Namanya Angga dan merupakan alumni Pengajar Muda yang ditempatkan di Papua. Kemudian perkenalan berlanjut ke ibu Sandra, seorang Editor in Chief sebuah majalah ibu dan anak; ada Pak Ario, seorang arsitek; Ibu Christy, seorang PR; mas Abay, seorang videografer; ibu Marion, seorang senior associate; pak Sulis, seorang fasilitator; mas Fajar, seorang animator; dan pak Teddie, seorang fotografer. Sebenarnya di daftarnya ada 2 nama lagi, yaitu Mbak Melanie Subono, seorang musisi dan Pak Timbul yang seorang diplomat. Sayangnya, mbak Melanienya tidak hadir sedangkan pak Timbul hadir namun berhalangan datang pada tanggal 20 Februari ini.

Foto narsis kelompok 38 (dokumentasi: Bpk Sulis)

Sambil mengisi waktu, Angga menceritakan bagaimana dia harus berhadapan dengan kondisi kehidupan yang jauh dari kesehariannya di Jakarta. Anak-anak yang hidup dalam kesederhanaan, yang barangkali tidak kenal yang namanya Twitter ataupun Facebook. Apalagi jika disebut playstation, mungkin itu merupakan barang aneh yang untuk mengeja namanya saja sulit.

Kisah-kisah seperti inilah yang menjadi salah satu motivasi saya dan teman-teman untuk turut ambil bagian dalam gerakan bersama ini. Saya sendiri saat membaca tentang Kelas Inspirasi, merasa seperti dilemparkan jauh kebelakang ke masa saat masih duduk dibangku SD. Teringat bagaimana kami, anak-anak daerah, dengan segala mimpinya yang mungkin sangat sederhana bagi sebagian orang.

Dan ketika Angga bercerita bagaimana seorang anak didiknya yang ingin melihat Jakarta, sayapun teringat bagaimana kami didaerah melihat Jakarta itu sebagai sesuatu yang 'Wah'. Sebuah kota dengan segala kemajuan, mempunyai bangunan yang menjulang tinggi dan tempat orang-orang hebat tinggal. Tentu saja, bisa berkunjung ke ibukota negara ini menjadi impian bagi anak-anak didaerah.

Kenangan-kenangan masa kecil ini kembali melintas ketika Bapak Anies Baswedan selaku Ketua Yayasan Indonesia Mengajar saat membuka sambutannya dengan memperlihatkan sebuah presentasi pendek tentang anak-anak bangsa dan impian mereka. Impian anak-anak yang ingin menjadi 'seseorang' dimasa datang. Ada yang ingin menjadi dokter, ada yang ingin menjadi pilot, sementara yang lainnya ingin menjadi guru dan sebagian lainnya menjadi presiden.

Dunia anak adalah dunia tempat mereka seharusnya diberikan kesempatan untuk bermimpi setinggi-tingginya, tidak diberikan batasan dan dibiarkan untuk menggunakan imajinasi mereka. Mimpi yang tanpa batas itu akan menjadi motivasi untuk mendobrak segala keterbatasan.

Banyak hal yang saya rasakan saat mendengarkan sambutan dari pak Anies. Semuanya bercampur dan menambah antusiasme untuk ikut melakukan sesuatu menjaga mimpi anak bangsa dan membuat mereka mewujudkan apa yang mereka impikan.

Ada 596 orang relawan professional yang akan menjaga mimpi anak-anak bangsa dengan memberikan inspirasi pada tanggal 20 Februari 2013 di 58 SD Negeri di Jakarta. Saya dan kelompok 38 akan bertugas di SDN 13 pagi Rawa Badak, Jakarta Utara.

Kami semua sangat bersyukur dan merasa terhormat untuk bisa turut andil dalam gerakan menginspirasi ini. Kami sudah merasakan ketika impian masa kecil bisa terwujud, ketika kami diberikan kesempatan untuk menggapai impian kami. Tentu saja kami ingin apa yang kami rasakan bisa dirasakan oleh anak-anak bangsa ini, agar mereka yakin apapun bisa diraih selama impian itu dipelihara, selama gerak langkah diarahkan guna mencapainya, selama kita tidak berputus asa. Karena dengan bermimpi, maka harapan itu akan selalu terjaga.

Tunggu cerita saya selanjutnya tentang Kelas Inspirasi....Cheers
 Print This Page