Thursday, August 29, 2013

Belajar Berbagi

Poster TBIM (taken from: www.indonesia-menyala.org)
Pagi ini, sebuah email dari Indonesia Menyala terlihat di inbox. Penasaran saya bergegas membukanya. Alhamdulillah, ternyata surel ini adalah pemberitahuan bahwa saya terpilih bersama 35 orang penyala lainnya untuk berkomitmen selama 6 bulan sebagai Penyala Taman Baca di 12 Taman Bacaan di Jabodetabek melalui program Taman Baca Indonesia Menyala (TBIM). Saya sendiri akan bertugas di Pondok Cabe, Tangerang, bersama dua penyala lainnya.

Poster FGIM (taken from: festival.indonesiamengajar.org)
Beberapa hari sebelumnya, bersama teman-teman di Kelas Inspirasi Padang, kami heboh bertukar cerita tentang keikutsertaan di Festival Gerakan Indonesia Menyala (FGIM) yang akan dilaksanakan pada tanggal 5-6 Oktober 2013 di Ecopark, Ancol. 

Dan, kemaren saya ikut serta mendaftar sebagai inspirator di Kelas Inspirasi Jawa Timur dan memilih kota Surabaya sebagai tempat mengajar (*mudahmudahanlolos*).

Dari beberapa kegiatan diatas, saya yakin banyak pertanyaan timbul dari lingkungan sekitar saya. Ngapain sih menyibukkan diri? Saya tidak bisa menjelaskan secara spesifik mengapa, tapi satu hal yang pasti ada rasa bahagia ketika dapat melakukan sesuatu untuk orang lain dengan apa yang saya miliki. Dan apa yang saya lakukan ini hanyalah beberapa dari ratusan bahkan ribuan cara untuk berbagi.

Bersama Rita, Donna and Margareth
Bicara berbagi, saya belajar dari orang-orang hebat di berbagai tempat. Saya mengenal kakak-adik Rita dan Margareth di Point Claire, Kanada. 

Kedua bersaudara yang usianya sudah mencapai 92 tahun (Rita) dan 96 tahun (Margareth) ini selalu meluangkan waktu mereka untuk orang banyak. Diusia ini, mereka masih naik turun bis sendiri, membuat kue kering untuk dibagikan ke gereja setiap akhir pekan dan membuatkan makanan untuk 100 lebih orang setiap minggunya. 

Kegiatan ini sudah mereka lakukan bertahun-tahun dan bahkan, pada usia 40 tahun, Rita memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya di kantor pos Kanada dan konsentrasi dibidang sosial. Orang-orang berkata di gila, karena pada masa itu tidak mudah untuk mencari pekerjaan, apalagi bagi seorang perempuan. Tapi, pernyataan 'gila' biasanya disematkan pada hal-hal yang berbeda dengan pendapat umum. Dan, bukan berarti kebenaran itu terletak dari pendapat orang kebanyakan, bukan?

Saya kenal kak Anis saat saya terdampar di bandar udara Johor Bahru dan mengharuskan saya menginap di mushalla bandara. Disana saya kenal perempuan yang bekerja sebagai seorang polisi. Dan kak Anis pula yang memberikan tempat menginap bagi saya (mahasiswa bokek tapi nekad) pada malam itu karena pesawat saya ke Padang baru keesokan harinya. Dan tebak apa? Dirumahnya ada beberapa orang anak yatim piatu yang dibiayai perempuan ini. Dan untuk menambah income, menjual catering-lah pekerjaannya disela kesibukan sebagai polisi. Kembali sebuah pelajaran tentang berbagi saya dapatkan. 

Saat menginap di tempat Senk
Pelajaran berbagi saya tidak hanya itu saja. Di distrik Sansai, Chiang Mai, saya belajar tentang berbagi dari Senk, perempuan Myanmar yang mengelola perkampungan dari lumpur dan kayu. Bekerja sebagai freelancer penerjemah untuk menyambung hidup, dia aktif meningkatkan harkat hidup perempuan suku Chan di Myanmar yang rentan dengan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Saya juga pernah mengikuti rutinitasnya diakhir pekan, dimana ia menyiapkan makanan untuk para biksu dan orang-orang yang sedang belajar di kuil. Makanan itu sudah dimasak dimalam hari, dan pada pukul 4 pagi, dia sudah bergerak menuju kuil untuk membagikan makanan. 

Sangat banyak sekali orang-orang hebat yang saya temui dalam berbagai perjalanan saya dan butuh ribuan kata untuk menceritakan mereka satu-persatu. Orang-orang yang jauh dari hiruk-pikuknya media namun punya banyak arti bagi lingkungan sekitarnya. 

Inspirator dan Fasilitator KI Padang di SD 10 Koto, Bungus, Padang
Dan dalam dua perhelatan terakhir Kelas Inspirasi Jakarta dan Kelas Inspirasi Padang, saya kembali berjumpa orang-orang luar biasa, yang turun tangan langsung untuk berbuat sesuatu bagi lingkungannya, bangsa dan negara ini.

Yang saya pelajari bukan hanya tentang berbagi, namun dari mereka saya belajar apa artinya komitmen, sehingga mereka bisa konsisten dalam menjalani hari. Dari mereka saya juga belajar keteladanan karena mereka memberikan pengetahuan kepada yang lain dengan melakukannya sendiri, bukan hanya melalui perkataan. 

Dan yang pasti, berjumpa dengan orang-orang hebat ini selalu menjadi benchmark atas apa yang sudah saya perbuat untuk lingkungan. Malu rasanya jika membandingkan diri saya dengan mereka, yang bisa saya lakukan adalah menjadikan mereka sebagai inspirasi untuk berbuat hal yang sama. Trust me, Tuhan selalu punya cara untuk mencukupkan orang yang ikhlas berbagi. Saya sudah melihat buktinya dan saya sudah mengalaminya sendiri, bagaimana dengan anda?

1 comment:

masnadek said...

Salut, ilmu ikhlas pemilik blog ini pasti diatas rata-rata :)