Saturday, February 23, 2013

Kelas Inspirasi: Refleksi

Hari ini, 23 Februari 2013, adalah hari debriefing. Para inspirator yang datang berbagi cerita dari apa yang diperoleh selama proses Kelas Inspirasi. Mulai dari survey hingga Hari Inspirasi. Beberapa video dan foto-foto ditampilkan. Pak Anies Baswedan memberikan speech-nya yang kembali mengajak para hadirin untuk ikut 'urunan' berbuat sesuatu untuk bangsa dan negara ini.

Tak terhitung banyaknya anak negeri yang berbuat sesuatu untuk bangsa ini, dan salah satunya adalah melalui Kelas Inspirasi. Dan melalui perhelatan ini sayapun memperoleh banyak pelajaran.

Dari acara refleksi hari ini,....inilah cerita saya dari Kelompok 38.

20 Februari 2013 adalah hari bersejarah bagi kami yang akan datang menjadi pengajar sehari di SDN 13 Pagi Rawa Badak, Jakarta Utara. Dan ini juga akan menjadi momentum tersendiri bagi adik-adik siswa di sekolah tersebut dan juga para guru.

Sesuai dengan yang disepakati bersama (via email, BBM, SMS dan Whatsapp) maka kehadiran para 'guru sehari' ini paling lambat adalah jam 6.00 - 6.30 pagi atau menjelang jam masuk sekolah.

Saya tidak tahu bagaimana kesananya karena tidak ikut survey, dan hanya mengandalkan peta yang di buat Mas Abay serta pak supir taksi. Selepas subuh, sayapun meluncur ke lokasi dan Alhamdulillah pukul 5.50 saya sudah sampai di lokasi. Sekolah masih terlihat sepi,...dan setelah bertanya ke bapak yang bertugas di depan gerbang, saya pun di berikan arah menuju ke SDN 13 Pagi Rawa Badak yang ternyata di lantai 2. Memang disana terdapat beberapa sekolah seperti yang terlihat pada gambar plang disebelah ini.

Dan ternyata, Mbak Ade, sang dokter gigi, sudah duduk disana bersama seorang guru. Tak berapa lama kemudian, teman-teman kelompok 38 lainnyapun bermunculan. Setelah semuanya lengkap, briefing pun dimulai sambil menyantap sarapan pagi yang sudah disediakan oleh pihak sekolah.

Kelas pertama saya adalah kelas 5. Dengan deg-degan, penasaran dan cemas saya melangkahkan kaki menuju kelas. Bismillah, sayapun melangkahkan kaki masuk sambil tersenyum dan menyapa isi kelas. Sontak anak-anak diam dan kemudian ketua kelasnya memberi komando untuk mengucapkan salam. Setelah menjawab salam, masih dengan deg-degan saya memulai kelas dengan pertanyaan, "Apa kabar anak-anak?" Dan serentak mereka menjawab, "Baik, buk!".

Sayapun kemudian memperkenalkan diri namun tanpa memberitahukan profesi saya. Untuk menghangatkan pagi itu saya mengajak mereka melakukan senam. Dua macam gerakan ringan saya contohkan, disertai dengan komandonya. Setelah mereka paham, sayapun mulai memberi komando. Saat komandonya pelan, terlihat anak-anak dengan mudah mengikuti. Dan saya memberi aba-aba, "Awas! Gerakan akan semakin cepat, perhatikan tangan ibuk!!"

Pictures taken by Teddie
Dan,....gerakan tangan saya sebagai komando semakin cepat. Anak-anak mulai keteteran, namun terlihat senang karena beberapa mulai tertawa karena tidak bisa mengikuti. Kekakuanpun cair dan anak-anak saya persilakan duduk kembali. Mereka terlihat senang walau beberapa terlihat mengusap keringatnya.

Saya mengambil tas dan mulai mengeluarkan beberapa pesawat model dari berbagai bahan dan ukuran. Tak berapa lama, pesawat-pesawat model terlihat rapi berjejer diatas meja. Perhatian anak-anak langsung beralih kesana. Saya biarkan rasa penasaran mereka berkembang sambil mempersiapkan gambar-gambar dan styrofoam yang digunakan sebagai media untuk bercerita tentang dunia penerbangan. Dan,...mulailah saya 'mendongeng'.

Hal yang sama juga saya lakukan dikelas 6, yaitu kelas kedua saya. Namun strategi ini gagal pada kelas berikutnya, yaitu kelas 1 dan 3 karena disana saya lebih banyak bermain pesawat terbang daripada menerangkan profesi. Apalagi saat di kelas 1, ada anak yang menangis karena di tonjok temannya, sehingga waktu 10 menit habis guna mendamaikan mereka. Belum lagi ada yang berlari kesana-kemari dan ada yang meminta saya memberi mereka pesawat-pesawat model yang ada.

Arti penting menanamkan pengetahuan yang baik pada anak-anak di usia dini sangat saya rasakan. Ketika saya menanyakan siapa yang pernah naik pesawat, beberapa anak mengacungkan tangannya. Mereka kemudian saya minta untuk memberikan satu hal yang tidak boleh dilakukan saat di pesawat. Dan jawaban mereka, yaitu "tidak boleh menghidupkan handphone" dan "memakai sabuk alias ikat pinggang pengaman".

Pengetahuan ini jika sudah tertanam sejak dini dikepala anak-anak, maka akan sangat berarti ketika mereka beranjak dewasa. Hal sederhana ini mempunyai arti yang dalam untuk masa datang. Sehingga tidak akan kita lihat lagi flight attendant yang harus mondar-mandir mengingatkan penumpang agar memakai sabuk pengaman serta mematikan handphone saat sudah di pesawat. Tidak akan kita lihat lagi orang-orang (yang merasa) berpendidikan dan (punya) kedudukan dengan seenaknya melanggar aturan keselamatan saat didalam pesawat yang bukan saja merugikan dirinya sendiri namun juga orang lain.


Sungguh hari yang luar biasa, banyak hal yang saya pelajari. Namun, miris terasa ketika saya bertanya apa yang mereka ketahui tentang profesi di dunia penerbangan. Hampir 100% menjawab pilot atau pramugari. Begitupun ketika saya tanya apakah mereka tahu kalau Indonesia bisa membuat pesawat sendiri,....lagi-lagi mayoritas (hampir semua) anak-anak ini tidak tahu.

Disini saya rasakan sekali bagaimana anak-anak kekurangan figur untuk dijadikan 'role model' yang (mungkin saja) guru-guru mereka sendiri juga tidak mengetahui profesi-profesi yang beragam ini. Sehingga jawaban standar ketika ditanya apa cita-cita anak-anak ini jawabannya adalah menjadi pilot, dokter, tentara, dan pemain sepak bola. Mayoritas anak-anak ini juga belum pernah berjumpa dan melihat secara dekat profesional impian mereka ini. Ketika saya tanya darimana mereka tahu, jawaban mereka adalah dari tv atau dari kata orang-orang.

Menghadirkan relawan profesional kedalam kelas akan menambah perbendaharaan anak-anak akan cita-cita dimasa datang. Para inspirator ini bukan hanya mengajak anak-anak bermimpi tapi juga menanamkan 4 hal: jujur, kerja keras, pantang menyerah dan kemandirian dalam menggapai cita-cita.

Ketika saat ini kehidupan dibombardir oleh berbagai berita yang penuh intrik, caci maki, dan segala sesuatu yang bersifat materialistik, anak-anak yang seharusnya tumbuh dalam suasana ceria tanpa beban sudah dijejali dengan sifat-sifat arogansi kekuasaan, rendah diri dan apatis. Padahal, disaat usia sekolah dasar inilah nilai-nilai kebaikan ditanamkan agar mereka optimis memandang masa depan. Karena merekalah calon-calon pemimpin yang akan menjadi orang-orang yang berbuat dan tidak hanya berkomentar tanpa menghadirkan solusi.

Sesi kelas yang luar biasa dan energi yang terkuras karena berhadapan dengan kenyataan bahwa berdiri didepan hadirin berbeda ras untuk mempresentasikan penelitian jauh lebih mudah daripada mempresentasikan profesi saya dalam bahasa anak-anak.

Namun semuanya terhapus melihat teman-teman inspirator lainnya, tawa ceria anak-anak serta senyum hangat dari para guru. Dan tentu saja membuat saya terus bersemangat meneruskan misi dari Kelas Inspirasi ini.

Sebuah keputusan tepat saat saya menjawab surat panggilan Pak Anies Baswedan untuk para profesional. Alhamdulillah, saya terpilih bergabung di Kelas Inspirasi. Kenyataannya, bukan saja saya yang berbagi inspirasi namun juga terinspirasi dari keadaan yang ada baik dari guru-guru, siswa-siswi, dan juga teman-teman relawan.

Satu hal yang menjadi catatan saya adalah bangsa ini masih punya banyak sekali orang-orang hebat dan calon-calon orang hebat yang bersama-sama akan membawa Indonesia menjadi lebih baik.

"Think Big, Start Small, and Act Now" (Anies Baswedan)
~~~ Langkah menjadi panutan, Ujar menjadi pengetahuan, Pengalaman menjadi inspirasi ~~~
 
Catatan dari Kelas Inspirasi 2: The 38 ( 10 profesional, 1 videografer, 1 fotografer)
 
print Print This Page

5 comments:

AN said...

Thanks sharingnya ya mbak.. Aq ketinggalan nih, tahun depan aq ikutan juga...

Rizki said...

Gw juga ikutan taon depan..!! Mksih sharingnya ya,..gw bisa bayangin gimana hebohnya saat ngajar

Diane & Matt said...

Dessy! Though I don't understand your articles, but I know that you continue to spread happiness and kindness to others. We miss you and so happy when we see your news again. We always love you. GBU my dearest!

masnadek said...

Taon depan ikutan nyumbang juga ;)
(nyumbang doa ajah....)

Nana Arlina said...

@AN dan @Rizki: Alhamdulillah,..:-)
@Diane Matt: Miss u too, guys. It was only a small act, but I am happy that I dare to act now. GBU my dearest friends!
@masnadek: Alhamdulillah,..:-)