Disatu sudut terlihat proses tawar-menawar, dilain tempat terlihat penjual yang berteriak-teriak mempromosikan dagangannya, sementara itu ada yang duduk diam memandangi dagangannya karena tidak ada yang mampir. Atau ada juga yang melakukan aktifitas lain sementara menunggu pembeli datang.
Dipasar tradisional beragam komoditi diperdagangkan, berbeda dengan pasar modern (baca supermarket, mall) yang komoditinya kurang lebih sama, keragaman komoditi di pasar tradisional tak jarang tidak bisa didapat disetiap pasar.
Setiap saya singgah disatu kota dinegara manapun, saya akan selalu mengusahakan untuk bisa berkunjung ke pasar tradisionalnya. Yang selalu saya lakukan setiap ke pasar tradisional adalah mencoba makanan disana sambil jeprat-jepret kamera. Dipasar tradisional tak jarang saya temui cenderamata yang kadang tidak terdapat ditoko-toko souvenir.
Bulan lalu ketika saya berkunjung ke Gothenburg, Swedia, beberapa kali saya mengunjungi pasar-pasar mereka. Nah, pasar yang belokasi di Bullevi dan Kviberg ini hanya ada pada hari Sabtu dan Minggu. Beberapa kali kesana, saya memilih mengendarai sepeda daripada naik tram agar bisa menikmati pemandangan musim panas bulan Mei.
Udara tidak terlalu panas dengan hembusan angin masih cukup dingin. Tapi saya menyukai udara seperti itu karena terasa sejuk dikulit pada saat mengendarai sepeda. Saya menginap di apartemen seorang teman dan dari tempatnya untuk mencapai Bullevi dibutuhkan sekitar 10 menit dengan sepeda, sedangkan ke Kviberg dibutuhkan waktu lebih lama lagi, sekitar 20-30 menit.
Bullevi adalah pasar kecil dibandingkan dengan Kviberg tapi rata-rata yang dijual adalah sama dengan sistem penataan yang mirip. Pasar ini mempunyai blok-blok yang menjual beragam komoditi. Mulai dari elektronik hingga rempah-rempah, mulai dari tekstil sampai buah dan sayuran. Barang-barang yang dijual mulai dari yang baru sampai yang second hand.
Ada beberapa bangunan seperti gudang panjang berdiri berjajar. Kalau di Bullevi hanya ada satu saja berbeda dengan Kviberg yang memiliki beberapa bangunan. Nah, didalam bangunan ini dapat ditemui stall-stall yang menjual beragam komoditi seperti yang saya sebutkan diatas. Pintu untuk masuk bangunan ini ada ditengah-tengah dikedua sisi agar memudahkan para pengunjung keluar dan masuk ke bangunan berikutnya. Juga ada pintu-pintu diujung-ujung bangunan.
Diantara satu bangunan dengan bangunan lainnya dapat ditemui juga para penjual yang memenuhi pelataran lapangan dan menjual berbagai komoditi. Bau beragam makanan akan menerpa hidung pada saat memasuki lapangan ini, dan saat menebarkan pandangan kesekeliling, terlihat gerai-gerai aneka makanan. Ada penjual yang menjual kebab dan ada juga yang menjual hot dog atau burger. Hal ini memudahkan para pengunjung untuk rehat sejenak dan menyantap beragam pilihan makanan.
Kebanyakan penjual dan pengunjung kedua pasar ini adalah kaum imigran, baik itu dari Timur Tengah, Afrika ataupun Eropa Timur. Disini pula dahulu waktu masih kuliah di kota Gothenburg saya suka mencari produk makanan halal dan juga buah kurma untuk santapan berbuka puasa. Kedua pasar ini juga populer bagi kita mahasiswa karena harganya yang jauh lebih murah daripada harga toko. Misalnya saja untuk membeli pakaian harganya bisa berbeda hingga beberapa ratus kronor. Bagi mahasiswa yang uang sakunya terbatas seperti saya, ini tentu menjadi pilihan.
Mengunjungi Bullevi dan Kviberg mengingatkan masa-masa kuliah dahulu. Berkunjung kesana dengan teman-teman, mengubek-ubek pasar yang kadang tidak untuk mencari sesuatu yang spesifik. Hmmm...masih banyak hal seputar pasar tradisional yang bisa diceritakan. Tapi sudah hampir menjelang subuh, so maybe next time I'll continue....Cheers.
No comments:
Post a Comment