Disatu sudut terlihat proses tawar-menawar, dilain tempat terlihat penjual yang berteriak-teriak mempromosikan dagangannya, sementara itu ada yang duduk diam memandangi dagangannya karena tidak ada yang mampir. Atau ada juga yang melakukan aktifitas lain sementara menunggu pembeli datang.

Setiap saya singgah disatu kota dinegara manapun, saya akan selalu mengusahakan untuk bisa berkunjung ke pasar tradisionalnya. Yang selalu saya lakukan setiap ke pasar tradisional adalah mencoba makanan disana sambil jeprat-jepret kamera. Dipasar tradisional tak jarang saya temui cenderamata yang kadang tidak terdapat ditoko-toko souvenir.

Udara tidak terlalu panas dengan hembusan angin masih cukup dingin. Tapi saya menyukai udara seperti itu karena terasa sejuk dikulit pada saat mengendarai sepeda. Saya menginap di apartemen seorang teman dan dari tempatnya untuk mencapai Bullevi dibutuhkan sekitar 10 menit dengan sepeda, sedangkan ke Kviberg dibutuhkan waktu lebih lama lagi, sekitar 20-30 menit.
Bullevi adalah pasar kecil dibandingkan dengan Kviberg tapi rata-rata yang dijual adalah sama dengan sistem penataan yang mirip. Pasar ini mempunyai blok-blok yang menjual beragam komoditi. Mulai dari elektronik hingga rempah-rempah, mulai dari tekstil sampai buah dan sayuran. Barang-barang yang dijual mulai dari yang baru sampai yang second hand.
Ada beberapa bangunan seperti gudang panjang berdiri berjajar. Kalau di Bullevi hanya ada satu saja berbeda dengan Kviberg yang memiliki beberapa bangunan. Nah, didalam bangunan ini dapat ditemui stall-stall yang menjual beragam komoditi seperti yang saya sebutkan diatas. Pintu untuk masuk bangunan ini ada ditengah-tengah dikedua sisi agar memudahkan para pengunjung keluar dan masuk ke bangunan berikutnya. Juga ada pintu-pintu diujung-ujung bangunan.

Kebanyakan penjual dan pengunjung kedua pasar ini adalah kaum imigran, baik itu dari Timur Tengah, Afrika ataupun Eropa Timur. Disini pula dahulu waktu masih kuliah di kota Gothenburg saya suka mencari produk makanan halal dan juga buah kurma untuk santapan berbuka puasa. Kedua pasar ini juga populer bagi kita mahasiswa karena harganya yang jauh lebih murah daripada harga toko. Misalnya saja untuk membeli pakaian harganya bisa berbeda hingga beberapa ratus kronor. Bagi mahasiswa yang uang sakunya terbatas seperti saya, ini tentu menjadi pilihan.
Mengunjungi Bullevi dan Kviberg mengingatkan masa-masa kuliah dahulu. Berkunjung kesana dengan teman-teman, mengubek-ubek pasar yang kadang tidak untuk mencari sesuatu yang spesifik. Hmmm...masih banyak hal seputar pasar tradisional yang bisa diceritakan. Tapi sudah hampir menjelang subuh, so maybe next time I'll continue....Cheers.
No comments:
Post a Comment