|
Banjir yang memutus akses ke-dari Collingwood |
Kali ini saya akan bercerita tentang liburan kami beberapa waktu lalu. Kesempatan liburan kali ini, saya dan teman-teman menyusuri daerah Golden Bay dan Nelson di South Island, New Zealand. Perjalanan kami dimulai dari Christchurch, dengan menggunakan dua mobil, perjalanan dimulai.
Traveling dengan menyewa mobil adalah hal lazim di New Zealand, karena jarak yang jauh dan juga lebih fleksibel karena bisa berhenti dimana saja untuk mengabadikan pemandangan alamnya. Sewa mobilpun ($25-35/hari) tidaklah mahal karena di-
share bersama-sama dan tentu saja terjangkau bagi kantong
student.
|
Berbagi makanan di Lake Rotoiti |
Perhentian pertama kami adalah di Lake Rotoiti, Nelson Lakes National Park. Menikmati sandwich tuna sambil memandang keindahan lake Rotoiti yang hari itu tertutup kabut menciptakan kedamaian dan ketenangan.
Angsa dan bebek yang bersileweran menanti kedermawanan para pengunjung untuk berbagi sedikit makanan, memberikan kesenangan tersendiri. Namun yang membuat Lake Rotoiti menarik adalah karena merupakan salah satu habitat dari belut-belut besar (New Zealand Longfin Eel). Belut ini berukuran sekitar 666 – 735 mm dengan usia bisa mencapai 106 tahun dan berat hingga 24 kg.
Nah, bagi yang berkesempatan ke Lake Rotoiti sebaiknya membawa krim anti nyamuk, karena disana sangat banyak sekali sand fly yang gigitannya luar biasa pedihnya.
Setelah selesai makan siang dan berfoto disana sini, perjalanan dilanjutkan menuju Collingwood, Tasman.Disepanjang jalan dikiri kanan jalan terlihat perkebunan buah-buahan. Mulai dari apel, pir, hingga beragam jenis berry. Sambil melihat peta, kami mencari-cari Berries Orchard untuk membeli beragam buah berry. Serunya adalah membeli dengan memetik sendiri dan juga menikmati es krim dari buah segar. Dan yang pasti, harga buah berry yang dipetik sendiri lebih murah dari pada yang sudah dikemas. Dengan $8 sudah bisa membawa pulang 1 kg buah berry pilihan sendiri. Bukan itu saja, beragam jenis es krim dari berry juga ditawarkan disana. Tinggal pilih campurannya, si penjual akan membuatkannya. Cukup $6-8, masing-masing kami bisa menikmati es krim dari buah-buahan segar.
|
Menikmati es krim dari buah-buahan segar |
Akhirnya pukul 9 malam kami sampai di Kota Collingwood, Tasman. Perjalanan selama kurang lebih 8 jam sebenarnya bisa ditempuh dalam 6 jam saja, namun karena banyak berhenti disana-sini untuk berfoto-foto, waktu menjadi molor hingga 2 jam. Collingwood adalah kota kecil namun banyak turis yang datang kesana karena kota ini dekat dengan beragam turis spot. Kami menginap di sebuah backpaker: Sommerset House yang dikelola oleh pasangan New Zealand-Jepang. Suasana backpacker ini sangat
hommy dan menyediakan berbagai fasilitas, mulai dari internet hingga piano. Semalam kami membayar $28 dan yang pastinya sarapan pagi dengan roti buatan sendiri yang rasanya tidak kalah dengan
bakery juga disediakan oleh pengelola.
Begitu bangun keesokan harinya, Chris, pemilik Sommerset House mengatakan bahwa hujan badai semalaman telah memutus aliran listrik sehingga tidak ada air panas, begitu juga air untuk mandi. Pagi itu, kami terpaksa tidak mandi karena terbatasnya air. Bahkan untuk ke toilet, kami menggunakan air hujan yang ditampung oleh Chris. Sementara itu untuk minum, karena tidak ada air panas, Chris menyediakan portable camping stove. Badai terlihat tidak mereda walaupun jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi, sehingga kami menghabiskan waktu dengan mempersiapkan sandwich untuk makan siang.
|
Menyiapkan makan siang |
Disaat kami masih asyik duduk dan bercengkerama di dapur, Chris datang dan menanyakan siapa yang merupakan
engineer diantara kami. Saya dan Amphun pun mengacungkan jari kami. Chris mengatakan bahwa dia ada masalah dengan mesin dieselnya, sehingga tidak bisa dihidupkan, jadi karena kami adalah
engineer, dia berharap kami bisa membantu memperbaikinya. Ouuupppsss…..saya walaupun seorang
engineer tapi adalah dari teknik sipil, sementara itu Amphun adalah sarjana elektronika yang S2 dan S3-nya sudah di-
switch ke
Bioinformatics.
Setelah berpandangan sejenak, akhirnya saya dan Amphun memutuskan untuk melihat mesin yang dimaksud. Xin dan Khoi mengikuti untuk membantu. Setelah melihat kondisi mesin yang masih baru, saya menanyakan apakah ada manualnya. Chris menghilang dan kemudian kembali dengan manual ditangannya. Kamipun melihat manual tersebut, dan mencoba mendeteksi permasalahan. Setelah mencoba mengikuti petunjuk manual, akhirnya kami berhasil mendeteksi permasalahan mesin itu. Ternyata tombol manual harus di ganti ke posisi automatic setelah mesin berhasil dihidupkan. Hhhhh…sukses juga, lega sekali. Ada listrik berarti bisa ada air panas.
Setelah kami semua selesai mandi, akhirnya kami memutuskan untuk berkeliling kota melihat kondisi sebelum memutuskan agenda hari itu. Ternyata, kota Collingwood terisolasi dengan banjir, sehingga tidak ada satupun akses keluar bisa digunakan. Banjir dan badai menjadikan jalan-jalan terendam air bahkan jembatanpun tidak kelihatan. Hujan disertai angin kencang masih menghantam kota. Jadi, kami memutuskan untuk menikmati makan siang disebuah café sebelum berkeliling didalam kota sambil berfoto-foto ria.
|
Banjir di Collingwood |
Kembali ke Sommerset House, ternyata listrik sudah menyala. Kamipun membersihkan diri dan memakan sandwich yang sedianya dimakan dalam perjalanan. Setelah berembuk, diputuskan untuk mencoba menempuh banjir menuju kota Pohara dan menyusuri daerah Golden Bay dengan tujuan ke pantai Tahuna. Untuk mencapai pantai tersebut, dibutuhkan lebih kurang 1.5 jam dari Collingwood, dimana melewati Abel Tasman National Park. Diperbatasan Collingwood, ternyata air masih menggenangi jalan, namun setelah menimbang-nimbang segala kemungkinan, mobilpun dikebut melintasi banjir dengan tujuan pantai Tahuna. Jika nanti air kembali naik, kami memutuskan menginap di Pohara, kota tetangga Collingwood yang tidak terkena dampak banjir.
Akhirnya sampailah kami di Pantai Tahuna. Pantai ini menyediakan holiday park dan
camping ground-nya. Layaknya orang yang baru pertama kali melihat pantai, suasana langsung hiruk pikuk dengan kedatangan para ‘orang udik’ ini. Syukurlah para pengunjung lainnya maklum dan hanya tersenyum-senyum melihat tingkah polah kami yang jingkrak-jingkrak tidak jelas dan berfoto dengan gaya aneh-aneh. Maklum, setelah hampir satu hari terjebak di Collingwood, akhirnya kami bisa menikmati pantai dan matahari.
Pukul 7 malam kami meninggalkan pantai Kahuna menuju ke Dangerous Kitchen, sebuah cafe di Takaka. Café ini menyediakan beragam pizza home-made. Begitu sampai disana, bau pizza sudah merabak dan semakin membuat gila cacing-cacing diperut. Tanpa pikir panjang, sepuluh macam pizza dipesan. Uppsss, jangan salah setiap macamnya hanya setengah porsi karena pizzanya berukuran jumbo dengan diameter 50cm. Dan ternyata, masih tetap tidak bisa dimuat kedalam perut 9 orang.
|
Dangerous Kitchen dengan aneka pizza-nya |
Dengan perut membuncit kekenyangan, matapun mulai mengantuk. Tapi masih butuh 1 jam lagi untuk kembali ke sommerset house. Untuk menghilangkan kantuk, diperjalanan kembali ke penginapan, kami berhenti sejenak di Te Waikoropupu Springs atau yang biasa disingkat dengan Pupu Spring. Walaupun waktu tidak banyak menjelang matahari menjelang matahari terbenam, tapi kami ingin mengambil momen petang itu dan besoknya barulah akan dilakukan trekking.
|
Pupu Spring - Golden Bay |
Yang menarik dari Pupu Spring adalah kejernihan airnya sehingga bisa melihat dasarnya dengan sangat jelas. Disamping itu diperkirakan 14.000 liter air diproduksi dari 8 lubang utama dan air jernih ini mengalir terus-menerus. Aliran air dari lubang-lubang ini membuat pasir didasar mata air ini seolah-olah bergerak-gerak, begitu juga dengan tumbuhan disekitarnya. Gerakan-gerakan pasir ini terlihat bagaikan olah tubuh alias menari, sehingga lahirlah istilah ‘dancing sands’. Kejernihan dan keunikan dari Pupu Spring ini menjadikan tempat ini sebagai salah satu tempat suci bagi suku Maori. Setelah puas berfoto-foto mobilpun meninggalkan Pupu Spring untuk kembali ke Sommerset House. Ternyata air sudah surut. Namun badan kami yang sudah lelah, butuh diistirahatkan agar besok segar kembali untuk menjelajahi Farewell Spit dan Wharariki Beach.
No comments:
Post a Comment