Tuesday, June 5, 2012

Loh Karn: Dan Motorpun Meraung....

Di Publish di Kompasiana on 6 June 2012

Seorang teman saya saat kuliah di Lincoln University, New Zealand berlibur ke kampung halamannya di Chiang Mai, Thailand. Tahun lalu, saya dan Amphun menikmati berbasah-basah di Sonkarn Festival pada bulan April disaat puncak musim panas. Berbeda dari tahun lalu, tahun ini Amphun mengajak reuni di Bangkok dan sebuah pulau di dekat Pattaya bernama, Loh Karn.

Kami mencoba menghubungi teman-teman backpacking lainnya, sayangnya hanya kami berdua yang bisa berangkat. Sementara itu, seorang teman lainnya, Sawaros, yang merupakan dosen disalah satu universitas di Bangkok hanya bisa menemani sepanjang akhir pekan. Jadilah kami berdua yang ber-backpaking ria pada trip kali ini.

Setelah dua hari di Bangkok, saya dan Amphun melanjutkan perjalanan ke Loh Karn. Sawaros mengantarkan kami ke Victory Monument, Bangkok untuk meneruskan perjalanan ke Pattaya Ferry Station dengan mini van yang akan langsung mengantarkan ke tujuan. Pukul 10 pagi, dengan harga karcis 150 Bath (sekitar Rp.45.000) maka kamipun berangkat menuju Pattaya dengan mini van yang nyaman.

Perjalanan ini ditempuh selama kurang lebih 2 jam dan ternyata Ferry yang akan berangkat ke Loh Karn sudah mulai memberikan tanda akan berangkat. Amphun berkata bagaimana kalau kita berlari mengejarnya, karena mungkin masih akan terkejar. Panas matahari terik pukul 12 siang, keroncongan, dengan beban backpack 80 Liter ditambah dengan jarak lebih kurang 150 meter, saya langsung menggelengkan kepala. Dan berkata, “Amphun, I don’t think that we can reach it. Just wait for an hour, we just arrived“. 

1338945578989707728
Berangkat dari Pattaya dengan Ferry
Sesampainya di dermaga, kamipun membayar tiket 30 bath/orang. Duduk dibagian belakang ferry, semilir angin melenakan dan menghilangkan teriknya mentari. Matapun terasa berat, namun bunyi atraktif perut menghilangkan kantuk. Tiadanya makanan menjadikan kami hanya bisa mengganjal perut dengan keripik dan air mineral. Ternyata, kami tak perlu menunggu lama, dalam waktu setengah jam, ferrypun berangkat membelah lautan.

Perjalanan kami nikmati sambil bercengkerama tentang 1 tahun terakhir. Saya menanyakan kabar mengenai Senk, teman Amphun yang menjadikan trip tahun lalu saya di Chiang Mai sebagai salah satu trip yang sangat berkesan karena saya diperbolehkan menginap di Mud dan Wood Housenya termasuk dengan paket tokek yang membangunkan dipagi harinya.

Satu jampun berlalu, Loh Karn sudah terlihat dari kejauhan. Kamipun tak sabar ingin segera menginjakkan kaki di pulau itu. Amphun menyampaikan kepada saya bahwa guest house yang akan kami tempati berada di atas bukit dan seseorang akan menjemput kami di dermaga.

Tak berapa lama setelah Amphun menelpon dan memberi tahu kedatangan kami, seorang ibu bertubuh subur mendekati kami. Dan dalam bahasa Thai dia menanyakan pada Amphun apakah kami tamu yang akan menginap di I-Taley. Amphun mengiyakan dan si ibupun mengatakan kalau dia yang akan menjemput kami. 

Si Ibu yang bernama Ang mengajak kami ke tempat parkir dan menghidupkan mesin sebuah motor bebek. Saya kaget. Bagaimana tidak, saya langsung mengkalkulasikan berat tubuh kami bertiga ditambah panjang tempat duduk. Belum lagi backpack yang kami sandang. Dan juga mata saya langsung melihat ke bukit terjal yang akan didaki,………Saya sangsi apakah motor ini bisa membawa kami sampai ke penginapan?

Melihat mata saya, Ang-pun mengatakan sambil tertawa kalau saya tidak perlu kuatir, dia sudah sudah sering membawa orang yang bahkan lebih berat dari kami berdua untuk mencapai penginapan.

Masih dengan kesangsian, akhirnya saya menaiki motor tersebut. Dan Angpun memacunya menaiki bukit yang terjal dan berkelok-kelok. Setiap mencapai satu tanjakan baru, dia akan memberi aba-aba agar kami berpegangan. Dan motor itupun melesat mendaki tanjakan. Ah, andaikan si motor bisa bersuara, mungkin dia akan mengatakan, “Jangan kuatir, saya akan membawamu sampai ditujuan dengan selamat!”.

13389449191616251197
Motor dan I-Taley Guest House
Sambil berpegangan erat pada pinggang Amphun, mata saya tak lepas dari keindahan hamparan pantai dan lautan dibawah. Biru dan sungguh indah mempesona. Terik matahari membuat air terlihat berkilauan dari kejauahan. Hamparan pasir putih menambah keelokan pantai itu. Walau sesungguhnya,…keindahan itu tidak begitu bisa saya nikmati karena ketakutan saya dengan motor yang terasa sedikit ngos-ngosan saat dipaksa mendaki bukit.

Tak terasa sudah setengah jam kami lalui dari dermaga ke penginapan dan si motorpun akhirnya bisa mengaso dari himpitan 3 orang ditambah 2 backpacknya. Ang memarkir si motor dan mempersilakan kami memasuki jalan setapak berbatu kerikil yang tampak seperti jalan masuk kehutan bagi saya. Dia mengatakan kalau jika kami membutuhkan motor untuk dirental, kami bisa mengontak nomor telponnya. Harga rental motor adalah 300 bath/hari atau 500 bath/2 hari. Tentu saja kami langsung mengiyakan karena memang dibutuhkan motor untuk menyusuri pulau itu. Jarak yang jauh dan terbatasnya transportasi menjadikan motor adalah pilihan terbaik.

Kamipun menyusuri jalan setapak itu, lebih kurang 25 meter, tulisan Welcome terlihat. Dan tulisan I-Taley, nama guest house-pun terlihat. Dekorasi yang cantik dan nyaman dari penginapan ini berhasil membuat saya kagum. Suasana terasa sangat hommy.  Dan tatanan tempat-tempat santai dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai view langsung ke pantai dan juga bisa melihat keindahan kerlap-kerlip lampu pantai Pattaya diwaktu malam. 

Dengan 1300 bath/malam untuk 1 kamar, kami disuguhi dengan kamar yang nyaman dengan beranda langsung menghadap lautan. Tentu saja saya dan Amphun langsung menjeprat-jepretkan kamera dan mulai narsis. 

1338945012935453972
Salah satu pantai di Loh Karn
Sorenya, saya dan Amphun turun dengan mengendarai motor yang diantarkan oleh Ang. Tujuan utama adalah mengatasi teriakan perut. Kamipun memesan nasi dengan Tom Yam Seafood dan Stir Fry Seafood. Makanan ini bisa kami santap dengan harga 170 Bath, harga yang murah untuk porsi yang besar, rasa yang enak dan di sebuah pulau. Sore itu dilanjutkan dengan berkeliling mengunjungi pantai-pantai menikmati keindahan masing-masingnya. Dan tentu saja tak lupa, menjepretkan kamera disana-sini.

Malamnya saya dan Amphun bercengkerama dengan Ang di I-Taley. Ang ternyata ‘menguasai’ bisnis sewa-menyewa motor di Loh Karn. Kulitnya yang legam memperlihatkan bagaimana dia sehari-hari harus berdiri di pasar dan menawarkan sewa motor pada para pendatang. Wajah bulatnya selalu berseri dan hal ini memang membuat kita langsung merasa akrab dengannya. Dengan bahasa Inggris terpatah-patah dia berusaha menceritakan bahwa dia harus menghidupi keluarganya dan mengantungkan nafkah dari sewa motor. 

Bukan hal yang mudah untuk memperoleh uang dipulau itu, karena jika musim Moonson, biasanya turis tidak akan mau datang karena tidak tahu kapan hari akan cerah. Dan pada saat itu dia hanya menggantungkan hidup dari hasil tabungan, karena otomatis usaha pernyewaan motor menjadi tidak laku. Pada saat itu biasanya dia lebih banyak dirumah dan bekerja memperbaiki rumah atau segala hal yang bisa dia perbaiki bersama suaminya karena sang suami juga tidak bisa melaut untuk menangkap ikan.

1338945089698336902
Sudut Lain dari Loh Karn
3 hari berada di Loh Karn, banyak sudah yang saya amati. Saya coba bandingkan dengan pulau-pulau yang sudah pernah saya kunjungi di Indonesia. Hal nyata yang sangat berbeda adalah biaya hidup. Di pulau-pulau yang sudah terkenal di Indonesia, seperti Gili Terawang, Mentawai, Nias, biaya tinggal disana cukup tinggi. Mungkin karena lebih komersil, atau juga karena hal lainnya,…saya tidak tahu pasti.

Tapi yang pasti,…bagi yang muslim agar berhati-hati kalau mau Sholat, karena di Loh Karn banyak sekali anjing dimana-mana. Jadi sebelum sholat sebaiknya bertanya kepada penduduk dan biasanya mereka akan menunjukkan tempat yang bisa untuk sholat. Dan satu hal lagi,…kebanyakan penduduk tidak bisa berbahasa Inggris,..jadi bahasa tubuh sangat diperlukan,…hehehehe…!

1338945149870857621
Bermain Air

No comments: