Sunday, January 27, 2013

Rumah

Kalau ngobrol dengan teman atau kerabat yang cukup lama tidak berinteraksi, biasanya ujung-ujung obrolan adalah pertanyaan, "Apa nggak kangen pulang?"

Kata 'pulang' berkorelasi dengan 'rumah' dan pertanyaan diatas menandakan bahwa si penanya menganggap bahwa saya sedang tidak berada di rumah. Dan pertanyaan untuk 'pulang' juga merupakan pernyataan untuk kembali ke 'rumah', yaitu ke Indonesia atau lebih spesifiknya ke Padang.

Pertanyaan seperti ini seringkali membuat saya hanya membalas dengan senyuman atau jawaban singkat, "pasti kangen donk,...". Jauh di benak dan hati, saya tidak merasakan bahwa 'rumah' saya hanya di tempat dimana saya dilahirkan atau dimana saya tinggal.

Pengertian 'rumah' sangatlah luas dalam pandangan saya.

Home is not always a place where you were born or are living. Home is a place of peace and harmony, where I feel in love, to love, and be loved. (27/01/2012)

Itu adalah tweet saya tentang apa yang saya maksud dengan 'rumah'.

Banyak yang lahir dan tinggal di suatu tempat namun tidak merasakan ketenangan dan kedamaian. Tiada rasa cinta dan merasa dicintai, tiada rasa keterikatan dan kerinduan ketika jauh dari tempat itu. Banyak orang yang tinggal disuatu tempat tapi membenci tempat itu karena dia disana untuk suatu alasan seperti pekerjaan. Ada beberapa teman yang tinggal di sebuah rumah besar dengan kamarnya yang seluas ruang keluarga saya, tapi lebih suka untuk main dan bahkan menghabiskan hari-harinya dirumah saya yang mereka sebut sebagai 'rumah'.

Dalam sebuah perjalanan saya ke Chiang Mai, ketika saya memutuskan tinggal di tempat Senk dipedalaman dan tidur didalam mosquito net dan hanya beralaskan matras tipis dirumah yang terbuat dari lumpur. Rasanya damai sekali walau dengan penerangan apa adanya dan suara kodok terdengar bersahutan bergembira menyambut hujan. Terasa lebih nikmat daripada tidur di kota dengan kamar ber-AC, TV layar datar dengan beragam channel serta bath tub. Ya, karena di tempat Senk saya tidur di 'rumah'.

Itupun saya rasakan ketika tinggal di rumah Mano di Bangkok dikamar kecil dan panas. Namun, pelukan hangat ibunya, sarapan bubur vegetarian yang dibuat dengan cinta serta sapaan ramah para tetangga menjadikan saya bukan orang asing di sana. Atau ketika saya tinggal di Amsterdam dengan keluarga sederhana namun selalu duduk bersama di meja makan guna berbagi cerita setiap malam. Kentalnya jalinan kekeluargaan yang terasa, menjadi alasan hadirnya perasaan damai dan tenang ketika berada disuatu tempat adalah hal yang membuat tempat itu saya sebut 'rumah'.

Alhamdulillah setelah sekian lama kaki ini melangkah dan berbagai tempat saya kunjungi, begitu banyak tempat yang saya sebut 'rumah'. Tempat dimana saya berjumpa kehangatan, kasih sayang dan penerimaan dari berbagai sosok yang berbeda ras, disanalah 'rumah-rumah' saya.

2 comments:

masnadek said...

keuren... 'rumah'nya buanyak uy :)

Nana Arlina said...

Hahaha...iyah..:-D