Ditulis di Kompasiana, 11 September 2010
Pada waktu lulus S1, dapat gelar B.Eng ngerasa
pengen nyambung lagi, secara ada yang mo nyekolahin dan juga pengen
nantinya nggak ngerasa ‘Become an Employee is Not Good’’ (weitsss….gaya euy). Jadinya ngelanjutin ke jenjang S2 dan dapet gelar M.Sc. Katanya sih M.Sc ini punya kepanjangan ‘May be Smart or Crazy’. Nah Lho! Trus gimana, ya udah dilanjutin ke S3 alias Ph.D,….dan taunya Ph.D itu punya artian ‘Permanent Head Damage’.
Olok-olok sesama teman kuliah dibilang bahwa yang terjun ke jalur professional selepas S2 lebih ‘smart’ daripada yang memutuskan meneruskan ke jenjang S3 yang dikategorikan ‘crazy’. Katanya sih, ya iyalah ‘crazy’ gimana enggak, lha ‘permanent head damage’ kok dikejar,..ha..ha.
Beginilah kelakar diantara kami para pelajar Ph.D
yang sedang menuntut ilmu di negeri seberang. Ada beberapa hal yang tabu
dibicarakan di ruang publik alias pas kumpul-kumpul. Misalnya
menanyakan kemajuan riset atau kapan mau submit thesisnya, waduh itu
sama aja kaya menanyakan apa warna celana dalammu…^_^. Masih mending
nanyain berat badan ato umur, itu mah nggak sesensitif pertanyaan
diatas,..hehehe
Itulah kira-kira gambaran bagaimana sensitifnya pertanyaan-pertanyaan seperti itu.
Bekerja 3-5 tahun dengan meneliti hal yang sama
setiap harinya bukanlah suatu pekerjaan mudah. Rasa bosan tentu saja
sering hinggap, dan jangan ditanya bagaimana rasa kesal, gondok dan
frustasi hadir kalau pekerjaan kita bermasalah. Masalahnya bisa apa
saja, mulai dari professor pembimbing yang tiba-tiba minta melakukan
analisis dengan metode yang lain, simulasi yang nggak jalan-jalan, data
hilang dan back-upnya juga tidak ada, pokoknya segala macam deh.
Salah seorang professor disini mengatakan bahwa
untuk memperoleh gelar Ph.D itu yang dibutuhkan hanya 20% intelejensi,
sedangkan 80%nya lagi adalah ketahanan. Kenapa? Karena untuk melakukan
penelitian atas objek yang sama selama bertahun-tahun dibutuhkan
ketahanan yang isinya keuletan, ketabahan, kesabaran dan kemauan.
Ada 3 level berbeda yang sensitifitasnya berbeda
juga. Level pertama adalah level proposal yang merupakan level untuk
mempersiapkan penelitian alias research proposal. Di level ini,
walau kadang diburu-buru professor pembimbing tapi masih bisa tersenyum
lebar karena masih penuh dengan optimisme, sehingga target waktupun
disusun. Maklum baru mencoba jadi anak Ph.D jadi masih semangat.
Sampai di level kedua, yaitu level pengumpulan data
dan analisa. Di level ini semangat biasanya masih cukup bagus secara
mulai mengimplementasikan rancangan yang dibuat di proposal. Tapi, pas
saat menganalisa masalah-masalah mulai timbul. Mulai dari software yang
gak jalan, data yang kurang, pembimbing minta analisisnya ditambah, atau
bahkan lupa men-save data.
Nah, biasanya nih di level ini penyakit ‘kepikunan’
mulai hinggap. Tanda-tandanya adalah mulai terjadi disorientasi waktu,
lupa meletakkan sesuatu ataupun lupa sisiran. Yang nggak lupa itu adalah
jadwal meeting dengan pembimbing, namun biasanya jadwal ini diiringi
dengan histeria karena analisis belum kelar. Dilevel ini kandidat Ph.D
sudah sukses meraih gelar ‘Partially Head Damage’,…..tapi masih blom permanent…^_^
Sukses melewati level kedua, maka level ketiga
adalah level penyelesaian alias menuliskan apa yang sudah diteliti.
Dilevel ini sensitifitas meningkat tajam seiring dengan kemajuan
tulisan. Sehingga air mukapun disesuaikan dengan chapter berapa yang
sedang ditulis. Kalau wajahnya datar dan tidak banyak ekspresi berarti
lagi mengerjakan chapter metodologi, yang mana tinggal revisi
sedikit-sedikit dari proposal lalu soalnya ndak perlu mikir
banyak.Tinggal cut and paste trus nambah sedikit-sedikit sesuai dengan yang sudah dikerjakan.
Kalau wajahnya sudah mulai berkerut dengan mata
merah, berarti sedang mengerjakan chapter result dan literatur review.
Gimana enggak merah matanya, soalnya harus membaca tumpukan jurnal dan
buku-buku. Ditambah juga harus membaca ulang lagi data-data yang ada.
Nah, kalau pandangan mata kosong, rambut ndak
terurus, dan sering telmi, ini berarti sedang mengerjakan chapter akhir
alias konklusi. Kenapa? Soalnya mesti menghubungkan teori dan hasil
serta rekomendasi untuk penilitian dimasa datang. Histeria bakalan
muncul ketika pas sudah mau kelar, tahu-tahu dibelahan dunia lain muncul
penelitian baru tentang riset yang dikerjakan sehingga butuh revisi
lagi.
Dilevel tiga ini, biasanya penyakit kepikunan sudah
memasuki level akut dimana disorientasi waktu semakin parah serta emosi
tidak stabil. Untuk mengatasi disorientasi waktu biasanya dibutuhkan
beberapa reminder, mulai dari di notebook, PC, kalender dinding,
kalender meja, ataupun dengan menuliskan note. Tapi yang suka jadi
masalah adalah lupa untuk melihat dan menengok remindernya,…he..he..
Sedangkan masalah emosi, ini memang sedikit lain.
Karena itu sesuai dengan hasil meeting dengan pembimbing, kalau banyak
coretan untuk direvisi biasanya akan mengakibatkan detak jantung cepat,
keluar keringat dingin dan bisa-bisa air mata meleleh tanpa bisa
dibendung. Tapi yang paling parah itu adalah penyakit telmi. Jadi jangan
coba-coba tanya siapa itu Justin Bieber, udah pasti kaga tau, malah
nanti dikira Justin Bieber itu peneliti pula. Tapi coba tanyakan tentang
penelitiannya, waduh bisa sehari ngasih ceramah nerangin segala
sesuatunya hingga ke detil-detilnya. Satu lagi, target waktu yang
disusun pada level kesatu bisa jadi masih bisa digunakan atau butuh
revisi. Tapi biasanya sih, sudah dibuang entah kemana secara ndak jelas
kapan mau selesainya,..ha..ha..
Nah, jika tanda-tanda itu sudah terpenuhi di level ketiga. Sepertinya gelar ‘permanent head damage’
sudah hampir tercapai, hanya tinggal menunggu submit dan sidang saja
sehingga secara official gelar Ph.D bisa disandang. Proses memperoleh
gelar Ph.D inilah yang membutuhkan kesabaran, karena akan terjadi
pergeseran persepsi dan pola pikir, dari mulai merancang, menganalisa
hingga memperoleh kesimpulan. Hasil akhir ini lah yang akan membentuk
pola pikir dengan karakteristik tersendiri.
Menarik bukan? Jadi sebenarnya Ph.D itu adalah
sebuah proses. Proses pembentukan pola pikir, ketahanan, dan keuletan
dalam mendalami serta mengerjakan sesuatu. Bagaimana? Apakah tertarik
untuk bergabung bersama kami?…… ^_^
1 comment:
Des,...tiap baca tulisan ini, jd inget masa2 perjuangan dulu ya..:)
Post a Comment