Ditulis di Kompasiana, 10 Oktober 2011
Setelah menempuh perjalanan selama 33 jam dari Jakarta dengan transit di Kuala Lumpur dan Amsterdam, akhirnya terdengar pengumuman dari pilot yang menyatakan pesawat yang kami naiki segera akan mendarat di di Pierre Elliott Trudeau International Airport, Montreal, Kanada. Ingatan saya langsung pada novel ‘Negeri 5 Menara’ yang menceritakan bagaimana uda Ahmad Fuadi menginjakkan kaki di negeri yang disebutnya sebagai negeri Utopia.
Setelah menempuh perjalanan selama 33 jam dari Jakarta dengan transit di Kuala Lumpur dan Amsterdam, akhirnya terdengar pengumuman dari pilot yang menyatakan pesawat yang kami naiki segera akan mendarat di di Pierre Elliott Trudeau International Airport, Montreal, Kanada. Ingatan saya langsung pada novel ‘Negeri 5 Menara’ yang menceritakan bagaimana uda Ahmad Fuadi menginjakkan kaki di negeri yang disebutnya sebagai negeri Utopia.
Excited! begitulah
yang saya rasakan ketika roda pesawat KLM MD-11 dengan nomor
penerbangan KL0671 ini menghantam landasan dengan sedikit keras, dan
perasaan itu semakin hebat manakala kai saya memasuki pintu kedatangan.
Dan ternyata memang kota ini menyajikan beragam hal menarik. Kali ini saya akan bercerita mengenai keluarga tempat saya nge-kost selama saya akan tinggal di kota ini. Donna berayahkan Irlandia dan ibu Italia. Sedangkan Roser, suaminya, adalah seorang French-Canadian. Pasangan ini tidak mempunyai anak, namun memiliki rumah yang besar dengan 5 kamar, 3 kamar mandi, kolam renang, hot-tube, dsb.
Ternyata
rumah yang besar ini adalah karena pasangan ini sering mengadakan acara
keluarga. Sebagai keluarga dengan budaya Itali yang kental, maka
keluarga adalah hal yang sangat penting. Nah, selama tiga minggu
keberadaan saya disini, saya sudah mengalami beberapa kali pesta. Dari
pesta ulang tahun sampai pesta pernikahan.
Yang serunya adalah saya mendapata course gratis bagaimana membuat spaghetti dan juga lasagne.
Dijaman sekarang dimana semua serba instan, keluarga ini masih membuat
kedua makanan ini sendiri. Alasan mereka sangat sederhana, yang dibeli
tidak seenak buatan tangan sendiri.
Home-made spaghetti |
Jadilah
pada minggu pertama saya berada disana, saya belajar langsung dari
pakar yang berusia 86 dan 84 tahun (ibu dan bibi Donna) tentang
bagaimana cara membuat spaghetti beserta saosnya. Termasuk bola-bola daging (meatball) dan sosis. Nah, tentang belajar membuat lasagna sebenarnya adalah by accident. Gara-gara ketiduran saat membikin spaghetti sehingga adonan mengeras dan tidak bisa di buat menjadi spaghetti lagi. Namun, kedua nenek tidak kehilangan akal, mereka menjadikan adonan tersebut lasagna. Dan jadilah saya belajar resep yang kedua,..walaupun by accident…hehehe.
Lasagna by incident |
Pada
saat pesta, saya baru melihat sendiri bagaimana keluarga Italia yang
sangat kuat kekeluargaannya. Awalnya saya pikir itu hanyalah difilm dan
buku-buku saja. Namun ternyata mereka memang sangat kuat kekerabatannya.
Hari itu, rumah Donna dan Roser dipenuhi oleh keluarga dari empat
generasi.
Dan hal unik lainnya adalah keluarga itu sebagian besar dari mereka menikah dengan native Canadian,
yaitu Indian. Ada yang menikah dengan suku Mohawk, suku Hurons dan
Cree. Dengan beragam suku ini menjadikan semuanya berbicara dalam bahasa
Inggris yang tentu saja memudahkan saya dalam mengerti percakapan
mereka. Walaupun mereka sudah menetap lama di Quebec, sebagian besar
tidak fasih berbahasa Perancis, bahasa resmi Quebec.
Pada
saat makanan disajikan, semua keluarga yang berjumlah sekitar 30-an
duduk dimeja. Hidangan disajikan diatas meja panjang. Hidangannya adalah
spaghetti beserta meatball, sosis dan lasagna. Hidangan ini ditambah dengan kehadiran roti (lagi-lagi buatan sendiri) dan butter (yang satu ini dibeli).
Meatball |
Kemudian
secara bergantian semua berdiri dan mengantri untuk mengambil hidangan.
Ketika giliran saya mengambil hidangan, semua tertawa karena jumlah
yang saya ambil hanyalah 1/3 dari jumlah dipiring mereka. Saya
mengedarkan pandangan, dan baru sadar bahkan anak-anakpun menyantap
hidangan dengan porsi dua kali porsi saya. Padahal dengan hidangan yang
saya ambil sudah membentuk gunung, ternyata gunung yg terbentuk baru
merupakan bukit kecil jika dibandingkan dengan piring-piring lainnya.
Setelah
semuanya duduk, maka acara makanpun dimulai dengan mengucapkan doa
menurut kepercayaan masing-masing. Memang dalam keluarga besar ini
beragam kepercayaan yang dianut, jadi merekapun faham kalau saya sebagai
seorang muslim mempunyai pantangan-pantangan tertentu.
Dan
sambil mengunyah makanan, mulut mereka tiada hentinya berbicara. Hingga
hidangan utama ludes. Yang kemudian dilanjutkan dengan memotong kue
ulang tahun. Pada bulan itu ada 4 orang yang berulang tahun. Sambil
menikmati kue beserta kopi atau teh, permainan pun dilangsungkan.
Permainan yaitu menebak dimanakah letak Indonesia. Dan, ada yang menebak
Indonesia berada di sebelah Bali,..hehehe.. Donna kemudian memasang
sebuah map berukuran 1.2 x 2.6 m, dan meminta saya menunjukkan dimana
Indonesia serta kota kelahiran saya, Bukittinggi.
Peta dunia yang ditempelkan di ruang keluarga |
Begitu saya menunjukkan dimana letak Indonesia, sebagian besar berkomentar, “Wow! You traveled accross half of the globe“.
Sayapun
kemudian diminta bercerita tentang Indonesia. Tentu saja kesempatan ini
tidak saya sia-siakan untuk menjelaskan bahwa Bali adalah propinsi di
Indonesia. Dan ekspresi kagum kembali keluar dari mulut mereka ketika
saya terangkan bahwa Indonesia memiliki 17.000 pulau dengan 300-an suku.
Apalagi ketika saya perlihatkan foto-foto di laptop tentang beberapa
daerah yang sempat saya kunjungi di Indonesia.
Beragam pertanyaan keluar
dari mulut mereka tentang Indonesia. Mulai dari bahasa, agama, sampai
politik. Tentu saja saya berusaha sebisa mungkin memberikan jawaban
sesuai dengan pengetahuan saya.
Malam
itu ditutup dengan acara membuka kado sebelum semuanya pamit pulang.
Tak lupa saya berikan kenangan-kenangan berupa gantungan kunci yang
sudah saya siapkan dari Indonesia. Gantungan kunci bergambar rumah adat
Minang itu saya berikan kepada anak-anak kecil yang menyambutnya dengan
seruan girang. Senang rasanya bisa bercerita tentang Indonesia walaupun
hanya dilingkungan kecil. Mudah-mudahan semakin banyak yang mengenal
Indonesia dengan segala keunikannya…
No comments:
Post a Comment